Korban Kamar Mandi
Hamparan sawah
yang hijau kekuningan akan tampak ketika memasuki Desa Jarak Lor, Kecamatan
Plosoklaten. Aroma khas padi yang tengah merunduk menusuk di hidung dan membuat
bathin bergumam “ Hmmm....adem... Desa
banget....” Memang , warga Desa Jarak Lor mayoritas bermatapencaharian
tani.
Setelah
menikmati indahnya pemandangan sawah, mata ini tertuju pada pemandangan sebuah
bangunan tua, namun tetap terawat dan berpenghuni. Rumah tersebut dibangun
sekitar tahun 60-an. Pemiliknya sendiri, dulu, bernama Prawiro Darsono, yang
masih ada keturunan ningrat dari Solo. Sekarang, bangunan ini dihuni oleh
keluarga bapak Putra, Kepala Dusun Desa Jarak Lor. Di tempat inilah saya dan
teman – teman menjalani hidup bersama dalam program KKN selama dua minggu.
Seperti biasa,
dari pagi hingga malam saya dan teman – teman melakukan aktivitas, baik di
dalam atau pun di luar posko. Namun, sore itu, terjadi kegaduhan di kamar
mandi. Hentakan dan seretan kaki disertai suara cekikikan begitu jelas di telinga.
“....Aku dulu..!! aku dulu...!! aku
duluan...hahaaa...akuuu...haaakhhh!!! aku dulu..!!!”
Mereka saling
berebut, beradu, hingga tampak otot – ototnya. Kemudian, “Aaaachhh.....!!!” Braaakkk!!!
Pyooookk....!!! bhuuugg...!!!, Kak Erik jatuh dan masuk dalam saluran air,
kakinya terluka. Anton hanya tertawa terbahak – bahak tanpa dosa sambil menahan
pintu yang hampir roboh dan tidak bergegas menolong Kak Erik.
Ternyata mereka
memperebutkan kamar mandi sebelah selatan dan terjadi aksi dorong mendorong
hingga merusakkan pintu kamar mandi. Mereka segera memperbaiki pintu itu
kemudian Kak Erik lari ke kamar cewek.
“Ada kertas dan
spidol?”
“Ada, ini Kak,
buat apa?”
Dia tak menjawab
pertanyaanku. Kak Erik kembali ke kamar mandi. Setelah saya lihat, ternyata dia
menulis kata – kata di kertas, “Harap antree, kalau gak mau, suit!” dan
ditempel di pintu kamar mandi.
Beberapa hari
kemudian terjadi tragedi lagi di kamar mandi, kali ini korbannya cewek. Sebut
saja Bunga. Siang, setelah beraktivitas, badan capek dan terasa lengket akibat
keringat, paling enak tidur atau mandi. Saya dan Bunga memilih untuk mandi,
sedangkan yang lain ada yang memasak, tidur, dan nonton TV. Selang beberapa
menit terdengar teriakan dan isakan seperti orang menangis.
“Aaaaaaaaa.....!!!
Anton jahat...!!! Aaaaaa.....!!!”
Saya yang berada
di kamar mandi utara tepat di sebelah kamar mandi Bunga, spontan berteriak,
“Bunga, apa yang terjadi ?! Anton, apa yang kamu lakukan ?!!”
“Mbak, Anton
jahat... aku gak mau keluar, aku
malu....” suaranya terdengar seperti orang menangis dan shock.
Saya keluar
kamar mandi dan teriak – teriak memanggil Anton, “Mana Anton, mana?!!”
“Anton, apa yang
kamu lakukan di kamar mandi tetangga?! Kamu kok
gitu sih...”, kataku dengan wajah marah dan menarik kerah baju Anton.
“Sumpah, aku gak lihat, tadi baru ku buka sedikit
pintunya langsung aku tutup lagi, soalnya Bunga langsung teriak. Aku gak tahu kalau ada orang. Tapi sumpah,
aku gak lihat.”
“Kamu
menodainya...!”
“Ya Allah,
sumpah, nggak!
Teman – teman
yang mengetahui kejadian itu tertawa dan menganggap seperti sinetron. Saya
sendiri juga beranggapan demikian. Sebenarnya hanya pura – pura waktu saya
memarahi Anton dan itu spontan.
Malamnya, ketika
anak – anak cewek mau tidur, Asnawi mendongeng yang membuat teman – teman
tertawa terus dan tidak segera memejamkan mata. Bunga yang sudah terlelap tiba
– tiba mengigau, “Ton, metuo, Ton, metuo, ngaliho kono lhoo...”
Sontak saya dan
teman – teman kaget, terdiam, bengong, mencari
– cari arah suara tersebut, karena memang keadaan kamar gelap, lampu sudah
ditutup kertas, remang – remang. Ternyata Bunga mengigau, masih trauma atas
kejadian yang menimpanya di kamar mandi.
Baru beberapa
hari diposko KKN sudah ada dua korban di kamar mandi. Biangkeroknya Anton. Ini
salah satu momen yang tak terlupakan. (nur_muth)
NUR MUTHOFI’AH
NPM.
08.1.01.07.0071
IV D