Terkadang perjalanan
hidup memang sulit ditebak dan diartikan, yang terlihat baik belum tentu sebaik
yang kita fikirkan dan yang terlihat buruk belum tentu seburuk yang kita
fikirkan pula. Kedewasaan dalam berfikir sangat penting untuk diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Saling mengerti, tenggang rasa antar sesama, dan
tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas memerlukan sikap yang bijaksana.
Rasa penasaran tentang
Kuliah Kerja Nyata membuat aku termotivasi untuk cepat-cepat melaksanakan
sebuah tugas dari kampus tersebut. Kuliah Kerja Nyata memang sebuah program
wajib untuk memeroleh gelar Sarjana Strata 1 ( S-1 ). Kuliah Kerja Nyata yang
aku jalani dimulai pada tanggal 15 Maret 2013 bertepatan di Dusun Sagi, Desa
Jarak, Kecamatan Plosoklaten, Kota Kediri.
Hari pertama semua
berjalan dengan lancar, walaupun hari itu sebenarnya sudah ada sesuatu yang
mengganjal, bisa disebut diskriminasi aggota, tapi semua itu masih bisa di
atasi. Memasuki hari-hari berikutnya
menjalani KKN, sedikit demi sedikit mulai terjadi ketidakharmonisan dalam
kelompok. Ada perbedaan pendapat tentang program, ketidak setujuan masalah
absensi serta yang paling parah dan menyedihkan, ketua dari kelompok kami
memiliki hobi membesar-besarkan masalah yang seharusnya masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan baik. Sifat kekanak-kanakan dan keegoisan yang dimiliki
ketua membuat antar anggota saling mencibir dan mengguncingnya dimanapun kami
berada. Hingga pada suatu hari, tepatnya di hari Jumat, 26 April 2013 terjadi
perdebatan dan pertengkaran antara ketua
yang bernama Ega Yuhana P.D. dari Prodi Penjaskresek dan sie humas yang bernama
Zainal Arifin dari prodi Sistem Informatika. masalah yang memicu pertengkaran
tersebut sangat sepele, hanya masalah kamera digital.
Pada hari itu KKN dari
kelompok 44 dan 45 gelombang II mengadakan acara perpisahan di Balaidesa Jarak,
setelah acara selesai, kami dari kelompok 44 narsis bareng menggunakan kamera
Ega Sang Ketua. Saat itu tiba-tiba Ega dari arah utara marah-marah sembari
berteriak “ mana kameraku, mana kameraku, tidak usah foto-foto memakai
kameraku, tak hapus semua kalau sampai ada gambar-gambar wajah kalian.” Sontak
teman-teman dari kelompok 44 emosi dan menjawab cacian dari Ega, “ heh,,,,
kasihkan ke Mbok Dewor, tak Sudi kita foto memakai kamera dia, hapus saja semua
hasil fotonya.” Lalu rofik salah satu personil dari kelompok 44 memberikan
kamera tersebut kepada Ega. Dilain tempat, pak Zainal sangat marah kepada Ega
karena pak Zainal tidak terima teman-teman satu kelompoknya diperlakukan
seperti itu, karena terbawa emosi, pak Zainal hampir menampar mulut Ega yang
saat itu sedang menangis dan menghujat pak Zainal. Tetapi untungnya teman-teman
lain dapat meredakan ketegangan dan keemosian dari mereka berdua, setelah itu
kami kelompok 44 langsung membawa Ega kembali ke posko karena malu dengan
kelompok 45 dan takut kalau perangkat desa tahu masalah sepele ini.
Sesampai di posko, Ega
masih terbawa emosi, dia berkata “ semua dari kelompok ini aku kasih nilai C,
dan hari ini juga aku akan pulang ke Nganjuk, aku tidak mau KKN, aku tidak
betah.” Mbah Sum selaku pemilik posko kami ikut menangis dan mencoba menasihati
Ega agar tidak terus-terusan terbawa emosi. Tapi Ega tetap tidak mau mendengar
nasihat dari Mbah Sum. Sementara itu semua anggota dari kelompok 44 mengadakan
rapat pergantian Ketua. Dan pada hari itu juga tepat jam 10.30 WIB, jabatan
ketua resmi diganti dan disandang oleh Rizky Adi Sofyan dari Prodi Teknologi
Informatika. siang itu, setelah sholat jumat, orang tua Ega datang karena telah
dihubungi Ega. Sesampainya di posko orang tua Ega meminta maaf kepada Mbah Sum
dan kepada semua teman-teman atas perlakuan Ega, orang tuanya juga bilang,
bahwa Ega memang anak manja dan masih seperti anak-anak. Setelah selesai
berbincang-bincang dengan Mbah Sum, Ega diajak orang tuanya jalan-jalan agar
Ega sedikit mereefres fikirannya. Hari pun berganti malam, malam itu Ega
meminta maaf kepada semua anggota kelompok 44, dia juga telah bisa menerima
bahwa jabatan ketua diambil alih oleh Rizky Adi Sofyan. Akhirnya dia menyadari
bahwa keegoisan yang ia miliki tetap dapat diatasi oleh kekompakan dari anggota
kelompok 44. Dia juga menyadari bagaimanapun juga kekompakan itu sangat penting
dalam menjalani hidup bersama.
post by: Ika Fitriana 4D
09.1.01.07.0186
Tidak ada komentar:
Posting Komentar