Jumat, 10 Mei 2013

Kartini di Lereng Kelud

Kartini di Lereng Kelud




Kartini di Lereng Kelud

Ponasri, begitu nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Seorang wanita kuat dari sebuah dusun di lereng gunung kelut. Satu-satunya wanita yang menjabat sebagai kepala dusun sedesa bahkan sekecamatan Ngancar. Wanita yang banyak mengalami cobaan berat dalam kehidupannya, namun ia tetap tabah, tegar, dan sabar dalam menghadapi semua cobaan itu. Pantaslah jika ia dijuluki sebagai kartini di era sekarang.

            Ibu ponasri lahir di Tulungagung pada 11 Mei 1973. Beliau lahir dari keluarga yang sederhana, sehingga pada usia 10 tahun orang tuanya menitipkannya kepada salah seorang sanak saudara yang tinggal di dusun Purwodadi desa Ngancar Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Saat itu orang tua angkat ibu Ponasri hanya mampu membiayai sekolah sampai tingkat SMP, namun ibu Ponasri tak pantang menyerah, ia terus berusaha keras agar ia dapat melanjutkan pendidikan minimal tingkat SMA. Atas usaha dan kerja kerasnya, akhirnya ia pun bisa melanjutkan sekolah sampai SMK. Beliau lulus SMK pada tahun 1993.

            Pada tahun 1993 desa Ngancar yang terdiri dari empat dusun membutuhkan kepala dusun untuk tiap dusunnya. Siapapun boleh mencalonkan diri untuk menjadi kepala dusun di dusunnya masing-masing. Tiga dusun yang ada di desa ngancar sudah melakukan pemilihan kepala dusun dan terpilihlah kepala dusun masing-masing, namun ada satu dusun yang ternyata tidak ada satupun dari warganya yang mendaftarkan diri sebagai kepala dusun, yaitu dusun Purwodadi. Hingga setahun lamanya di dusun purwodadi tidak ada yang mencalonkan diri sebagai kepala dusun, sampai akhirnya pada tahun 1994 bu Ponasri tergerak hatinya untuk mencalonkan diri sebagai kepala dusun.

            24 Desember 1994 ibu Ponasri resmi menjabat sebagai kepala dusun Purwodadi desa Ngancar Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Walaupun saat itu tidak ada yang mencalonkan diri sebagai kepala dusun namun tetap tak mudah mendapatkan jabatan sebagai kepala dusun. Bu Ponasri tetap melalui seleksi ketat.
            Ibu Ponasri adalah satu-satunya kepala dusun perempuan sekaligus kasun termuda di desa ngancar dan kasun pertama di dusun purwodadi. Sedangkan dusun Purwodadi adalah dusun yang paling tertinggal daripada dusun lain. Sehingga banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh Bu Ponasri, namun dengan gigih bu Ponasri berusaha untuk memajukan wilayahnya.

            Dusun purwodadi sendiri adalah wilayah perhutani, tanah yang ditempati semua warga yang ada di dusun Purwodadi adalah tanah milik perhutani. Semua warga yang membangun rumah di dusun tersebut hanya memiliki hak pakai dan tidak memiliki hak milik. Sewaktu-waktu tanah tersebut dapat digusur dan diambil alih oleh pihak perhutani. Penduduknya mayoritas adalah karyawan perhutani. Pendidikan yang dimiliki oleh penduduk sekitar maksimal SMA, itupun sangat jarang sehingga mempengaruhi tingkat SDMnya.

            Ibu ponasri berusaha keras untuk menjadi pemimpin yang benar-benar tahu kebutuhan masyarakatnya, yang bisa melindungi masyarakatnya, dan mendengar keluh kesah masyarakatnya. Setiap hari tanpa kenal lelah, bu ponasri mengelilingi dusunnya yang mempunyai luas 18,8 ha itu dengan berjalan kaki. Tujuannya tentu untuk mengetahui kondisi wilayahnya setiap hari, sehingga kejadian sekecil apapun bu ponasri dapat mengetahuinya dan dapat segera mengambil tindakan. 

            Bu Ponasri adalah pemimpin yang bijaksana, loyal, dan peduli kepada warganya. Setiap ada pembagian sembako misalnya, tidak ada kericuhan yang terjadi di dusun purwodadi karena bu ponasri benar-benar adil dalam membaginya bahkan warga dengan sukarela membatu pekerjaan bu ponasri untuk mengangkat dan membagikan sembako itu. Ketika ada warga yang meninggal ibu ponasri juga selalu datang lebih awal daripada warganya, membantu merawat jenazah dan sebagainya. Begitupula ketika ada remaja setempat mengkonsumsi narkoba atau membuat kericuhan di dusunnya, bu Ponasri dengan sikap lembut mendekatinya dan menasehati layaknya seorang ibu, dan sampai saat ini belum pernah ada remaja yang telah dinasehati Ibu membantah atas nasehatnya. Setiap keliling dusunpun bu Ponasri menyapa setiap warga yang lalu lalang maupun yang asyik melalukan aktifitas di teras rumah, shingga bu ponasri sangat dekat dengan warganya.

            “Gaji menjadi seorang kasun memang tidak banyak” terangnya. “Tapi saya mencintai pekerjaan saya sebagai seorang kasun, rasa lelah saya baerjalan setiap hari dapat terobati ketika saya melihat dusun yang saya pimpin ini sedikit lebih maju lagi dari sebelumnya. Niat saya menjadi kasun disini adalah berjuang untuk orang banyak. Selama 8 tahun menjabat sebagai kasun belum pernah ada bengkok, baru ketika saya menjabat selama sembilan tahun baru ada bengkok dan itupun sangat minim bengkok yang saya dapat, tetapi saya tetap bersyukur dan ikhlas seberapapun itu bengkoknya hingga saya bertahan sampai saat ini, desember depan itu genap 20 tahun saya menjabat sebagai kasun di purwodadi ini”. Lanjutnya.

            “Sebagai perempuan saya sering diremehkan oleh orang-orang. Perempuan itu bisanya apa sih? langkahnya itu Cuma sedikit! begitu ucap mereka. Justru dengan ucapan-ucapan mereka itu saya semakin ingin membuktikan bahwa perempuan itu mampu, perempuan tidak boleh diremehkan, perempuan harus bisa bangkit. Itu prinsip hidup saya. Dan niatnya hanya ikhlas berbuat untuk kabaikan orang lain”. Ujarnya.

            Membawahi dua RW delapan RT serta memimpin 1.479 jiwa memang tidak mudah. Ditambah lagi semua RT serta Rwnya adalah laki-laki. Bisa dibayangkan bagaimana seorang wanita memimpin 10 orang leaki-laki serta mengayomi 1.479 jiwa. Disinilah jiwa kepemimpinan seorang wanita benar-benar diuji, bagaimana seorang Ibu ponasri mampu menunjukkan bahwa ia tak kalah dengan seorang laki-laki.

            Sampai saat ini ibu muda yang memiliki dua anak ini masih setia menjabat sebagai kasun di dusun Purwodadi desa Ngancar Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Kini pekerjaan Bu Ponasri semakin berat karena saat ini bu Ponasri berperan sebagai ibu sekaligus ayah dari dua anaknya yang masih kecil, beberapa hari lalu suami tercinta telah pergi meninggalkan bu Ponasri beserta dua buah cinta mereka untuk selama-lamanya. Namun apa yang terjadi, bu Ponasri masih sangat tegar , kuat, serta tabah. Sungguh wanita ini memang pantas dijuluki sebagai KARTINI dari lereng gunung Kelud.

Post by: Khusnul Fitriyah 4D
09.1.01.07.0181

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar