Kartini di Lereng Kelud
Kartini di Lereng Kelud
Ponasri,
begitu nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Seorang wanita kuat dari
sebuah dusun di lereng gunung kelut. Satu-satunya wanita yang menjabat sebagai
kepala dusun sedesa bahkan sekecamatan Ngancar. Wanita yang banyak mengalami
cobaan berat dalam kehidupannya, namun ia tetap tabah, tegar, dan sabar dalam
menghadapi semua cobaan itu. Pantaslah jika ia dijuluki sebagai kartini di era
sekarang.
Ibu ponasri lahir di Tulungagung
pada 11 Mei 1973. Beliau lahir dari keluarga yang sederhana, sehingga pada usia
10 tahun orang tuanya menitipkannya kepada salah seorang sanak saudara yang
tinggal di dusun Purwodadi desa Ngancar Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.
Saat itu orang tua angkat ibu Ponasri hanya mampu membiayai sekolah sampai
tingkat SMP, namun ibu Ponasri tak pantang menyerah, ia terus berusaha keras
agar ia dapat melanjutkan pendidikan minimal tingkat SMA. Atas usaha dan kerja
kerasnya, akhirnya ia pun bisa melanjutkan sekolah sampai SMK. Beliau lulus SMK
pada tahun 1993.
Pada tahun 1993 desa Ngancar yang
terdiri dari empat dusun membutuhkan kepala dusun untuk tiap dusunnya. Siapapun
boleh mencalonkan diri untuk menjadi kepala dusun di dusunnya masing-masing.
Tiga dusun yang ada di desa ngancar sudah melakukan pemilihan kepala dusun dan
terpilihlah kepala dusun masing-masing, namun ada satu dusun yang ternyata
tidak ada satupun dari warganya yang mendaftarkan diri sebagai kepala dusun,
yaitu dusun Purwodadi. Hingga setahun lamanya di dusun purwodadi tidak ada yang
mencalonkan diri sebagai kepala dusun, sampai akhirnya pada tahun 1994 bu Ponasri
tergerak hatinya untuk mencalonkan diri sebagai kepala dusun.
24 Desember 1994 ibu Ponasri resmi
menjabat sebagai kepala dusun Purwodadi desa Ngancar Kecamatan Ngancar
Kabupaten Kediri. Walaupun saat itu tidak ada yang mencalonkan diri sebagai
kepala dusun namun tetap tak mudah mendapatkan jabatan sebagai kepala dusun. Bu
Ponasri tetap melalui seleksi ketat.
Ibu Ponasri adalah satu-satunya kepala
dusun perempuan sekaligus kasun termuda di desa ngancar dan kasun pertama di
dusun purwodadi. Sedangkan dusun Purwodadi adalah dusun yang paling tertinggal
daripada dusun lain. Sehingga banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh Bu
Ponasri, namun dengan gigih bu Ponasri berusaha untuk memajukan wilayahnya.
Dusun purwodadi sendiri adalah
wilayah perhutani, tanah yang ditempati semua warga yang ada di dusun Purwodadi
adalah tanah milik perhutani. Semua warga yang membangun rumah di dusun tersebut
hanya memiliki hak pakai dan tidak memiliki hak milik. Sewaktu-waktu tanah
tersebut dapat digusur dan diambil alih oleh pihak perhutani. Penduduknya mayoritas
adalah karyawan perhutani. Pendidikan yang dimiliki oleh penduduk sekitar
maksimal SMA, itupun sangat jarang sehingga mempengaruhi tingkat SDMnya.
Ibu ponasri berusaha keras untuk
menjadi pemimpin yang benar-benar tahu kebutuhan masyarakatnya, yang bisa
melindungi masyarakatnya, dan mendengar keluh kesah masyarakatnya. Setiap hari tanpa
kenal lelah, bu ponasri mengelilingi dusunnya yang mempunyai luas 18,8 ha itu
dengan berjalan kaki. Tujuannya tentu untuk mengetahui kondisi wilayahnya
setiap hari, sehingga kejadian sekecil apapun bu ponasri dapat mengetahuinya
dan dapat segera mengambil tindakan.
Bu Ponasri adalah pemimpin yang
bijaksana, loyal, dan peduli kepada warganya. Setiap ada pembagian sembako
misalnya, tidak ada kericuhan yang terjadi di dusun purwodadi karena bu ponasri
benar-benar adil dalam membaginya bahkan warga dengan sukarela membatu pekerjaan
bu ponasri untuk mengangkat dan membagikan sembako itu. Ketika ada warga yang
meninggal ibu ponasri juga selalu datang lebih awal daripada warganya, membantu
merawat jenazah dan sebagainya. Begitupula ketika ada remaja setempat mengkonsumsi
narkoba atau membuat kericuhan di dusunnya, bu Ponasri dengan sikap lembut
mendekatinya dan menasehati layaknya seorang ibu, dan sampai saat ini belum
pernah ada remaja yang telah dinasehati Ibu membantah atas nasehatnya. Setiap
keliling dusunpun bu Ponasri menyapa setiap warga yang lalu lalang maupun yang
asyik melalukan aktifitas di teras rumah, shingga bu ponasri sangat dekat
dengan warganya.
“Gaji menjadi seorang kasun memang
tidak banyak” terangnya. “Tapi saya mencintai pekerjaan saya sebagai seorang
kasun, rasa lelah saya baerjalan setiap hari dapat terobati ketika saya melihat
dusun yang saya pimpin ini sedikit lebih maju lagi dari sebelumnya. Niat saya
menjadi kasun disini adalah berjuang untuk orang banyak. Selama 8 tahun
menjabat sebagai kasun belum pernah ada bengkok, baru ketika saya menjabat
selama sembilan tahun baru ada bengkok dan itupun sangat minim bengkok yang
saya dapat, tetapi saya tetap bersyukur dan ikhlas seberapapun itu bengkoknya
hingga saya bertahan sampai saat ini, desember depan itu genap 20 tahun saya
menjabat sebagai kasun di purwodadi ini”. Lanjutnya.
“Sebagai perempuan saya sering
diremehkan oleh orang-orang. Perempuan itu bisanya apa sih? langkahnya itu Cuma
sedikit! begitu ucap mereka. Justru dengan ucapan-ucapan mereka itu saya
semakin ingin membuktikan bahwa perempuan itu mampu, perempuan tidak boleh
diremehkan, perempuan harus bisa bangkit. Itu prinsip hidup saya. Dan niatnya
hanya ikhlas berbuat untuk kabaikan orang lain”. Ujarnya.
Membawahi dua RW delapan RT serta
memimpin 1.479 jiwa memang tidak mudah. Ditambah lagi semua RT serta Rwnya
adalah laki-laki. Bisa dibayangkan bagaimana seorang wanita memimpin 10 orang
leaki-laki serta mengayomi 1.479 jiwa. Disinilah jiwa kepemimpinan seorang
wanita benar-benar diuji, bagaimana seorang Ibu ponasri mampu menunjukkan bahwa
ia tak kalah dengan seorang laki-laki.
Sampai saat ini ibu muda yang
memiliki dua anak ini masih setia menjabat sebagai kasun di dusun Purwodadi
desa Ngancar Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Kini pekerjaan Bu Ponasri
semakin berat karena saat ini bu Ponasri berperan sebagai ibu sekaligus ayah
dari dua anaknya yang masih kecil, beberapa hari lalu suami tercinta telah
pergi meninggalkan bu Ponasri beserta dua buah cinta mereka untuk
selama-lamanya. Namun apa yang terjadi, bu Ponasri masih sangat tegar , kuat,
serta tabah. Sungguh wanita ini memang pantas dijuluki sebagai KARTINI dari
lereng gunung Kelud.
Post by: Khusnul Fitriyah 4D
09.1.01.07.0181
Tidak ada komentar:
Posting Komentar