Minggu, 12 Mei 2013

korban kamar mandi



Korban Kamar Mandi
Hamparan sawah yang hijau kekuningan akan tampak ketika memasuki Desa Jarak Lor, Kecamatan Plosoklaten. Aroma khas padi yang tengah merunduk menusuk di hidung dan membuat bathin bergumam “ Hmmm....adem... Desa banget....” Memang , warga Desa Jarak Lor mayoritas bermatapencaharian tani.
Setelah menikmati indahnya pemandangan sawah, mata ini tertuju pada pemandangan sebuah bangunan tua, namun tetap terawat dan berpenghuni. Rumah tersebut dibangun sekitar tahun 60-an. Pemiliknya sendiri, dulu, bernama Prawiro Darsono, yang masih ada keturunan ningrat dari Solo. Sekarang, bangunan ini dihuni oleh keluarga bapak Putra, Kepala Dusun Desa Jarak Lor. Di tempat inilah saya dan teman – teman menjalani hidup bersama dalam program KKN selama dua minggu.
Seperti biasa, dari pagi hingga malam saya dan teman – teman melakukan aktivitas, baik di dalam atau pun di luar posko. Namun, sore itu, terjadi kegaduhan di kamar mandi. Hentakan dan seretan kaki disertai suara cekikikan begitu jelas di telinga.
“....Aku  dulu..!! aku dulu...!! aku duluan...hahaaa...akuuu...haaakhhh!!! aku dulu..!!!”
Mereka saling berebut, beradu, hingga tampak otot – ototnya. Kemudian, “Aaaachhh.....!!!” Braaakkk!!! Pyooookk....!!! bhuuugg...!!!, Kak Erik jatuh dan masuk dalam saluran air, kakinya terluka. Anton hanya tertawa terbahak – bahak tanpa dosa sambil menahan pintu yang hampir roboh dan tidak bergegas menolong Kak Erik.
Ternyata mereka memperebutkan kamar mandi sebelah selatan dan terjadi aksi dorong mendorong hingga merusakkan pintu kamar mandi. Mereka segera memperbaiki pintu itu kemudian Kak Erik lari ke kamar cewek.
“Ada kertas dan spidol?”
“Ada, ini Kak, buat apa?”
Dia tak menjawab pertanyaanku. Kak Erik kembali ke kamar mandi. Setelah saya lihat, ternyata dia menulis kata – kata di kertas, “Harap antree, kalau gak mau, suit!” dan ditempel di pintu kamar mandi.
Beberapa hari kemudian terjadi tragedi lagi di kamar mandi, kali ini korbannya cewek. Sebut saja Bunga. Siang, setelah beraktivitas, badan capek dan terasa lengket akibat keringat, paling enak tidur atau mandi. Saya dan Bunga memilih untuk mandi, sedangkan yang lain ada yang memasak, tidur, dan nonton TV. Selang beberapa menit terdengar teriakan dan isakan seperti orang menangis.
“Aaaaaaaaa.....!!! Anton jahat...!!! Aaaaaa.....!!!”
Saya yang berada di kamar mandi utara tepat di sebelah kamar mandi Bunga, spontan berteriak, “Bunga, apa yang terjadi ?! Anton, apa yang kamu lakukan ?!!”
“Mbak, Anton jahat... aku gak mau keluar, aku malu....” suaranya terdengar seperti orang menangis dan shock.
Saya keluar kamar mandi dan teriak – teriak memanggil Anton, “Mana Anton, mana?!!”
“Anton, apa yang kamu lakukan di kamar mandi tetangga?! Kamu kok gitu sih...”, kataku dengan wajah marah dan menarik kerah baju Anton.
Sumpah, aku gak lihat, tadi baru ku buka sedikit pintunya langsung aku tutup lagi, soalnya Bunga langsung teriak. Aku gak tahu kalau ada orang. Tapi sumpah, aku gak lihat.”
“Kamu menodainya...!”
“Ya Allah, sumpah, nggak!
Teman – teman yang mengetahui kejadian itu tertawa dan menganggap seperti sinetron. Saya sendiri juga beranggapan demikian. Sebenarnya hanya pura – pura waktu saya memarahi Anton dan itu spontan.
Malamnya, ketika anak – anak cewek mau tidur, Asnawi mendongeng yang membuat teman – teman tertawa terus dan tidak segera memejamkan mata. Bunga yang sudah terlelap tiba – tiba mengigau, “Ton, metuo, Ton, metuo, ngaliho kono lhoo...”
Sontak saya dan teman – teman kaget, terdiam, bengong, mencari – cari arah suara tersebut, karena memang keadaan kamar gelap, lampu sudah ditutup kertas, remang – remang. Ternyata Bunga mengigau, masih trauma atas kejadian yang menimpanya di kamar mandi.
Baru beberapa hari diposko KKN sudah ada dua korban di kamar mandi. Biangkeroknya Anton. Ini salah satu momen yang tak terlupakan. (nur_muth)

NUR MUTHOFI’AH
NPM. 08.1.01.07.0071
IV D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar