 |
| Masjid Klanderan |
Desa Kelanderan sebagai tempat praktik Kuliah Kerja Nyata mahasiswa kelompok 37 Gelombang I Universitas Nusantara PGRI Kediri, mendapat hibah masjid dari seorang warga Arab. Keberuntungan tersebut berawal dari sakit kangker otak yang dinyatakan stadium akhir oleh seorang dokter dan tipis kemungkinan untuk bertahan hidup dalam jangka panjang. Namun, penderita kangker tersebut menepis prediksi dokter dengan membagi kisah hidupnya kepada seorang pemuka agama di negri gurun pasir tempat kelahirannya. Kemudian ulama tersebut berpesan bahwa jika ia ingin sembuh harus memperbanyak amal dan sodakoh dengan membangun lima masjid di luar negara Arab.
Berawal dari tekad ingin membuktikan usaha dan kepercayaan bahwa tiada yang mampu menentukan ajal seseorang kecuali Tuhan YME, sang dermawan benar-benar mencoba fatwa dari ulama tersebut. Dia ingin membuktikan bahwa prediksi dokter bukanlah takdir akhir atas hidupnya. Kemudaian sang “arabic” ini memilih menderma di negara Indonesia.
Sesampai di negeri tempat berdirinya candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia itu, laki-laki terswbut membangun lima masjid sebagai tempat ibadah umat islam dan salah satunya adalah di desa Kelanderan. Uniknya lagi saat mengadakan survey, dermawan tersebut turut terjun langsung di lokasi, sehingga beberapa warga dapat melihat langsung sosok dermawan arab dengan postur tubuh tinggi besar, berkulit putih dan bergamis yang akan memberikan berkah untuk lingkungannya.
Dari survey awal, hingga bulan April 2013 masjid tersebut telah dibangun dalam waktu berjalan dua bulan. Semua dana pembangunan dibiayai dermawan yang tak disebutkan namanya itu sedangkan konsumsi para tukang bangunan diperoleh dari iuran dan sumbangan warga Klanderan secara bergilir. Kabar terakhir yang diterima salah seorang aktivis masyarakat adalah kini sang dermawan telah sembuh dari penyakit mematikan yang divoniskan ahli kesehatan kepadanya. Bahkan saat KKN mahasiswa UNP berlangsung, perkembangan pembangunan masjid itupun sudah terlihat dengan baik. (3 april 2013, RIMA YULIANA .S/ 09.1.01.07.0130)
Berawal dari tekad ingin membuktikan usaha dan kepercayaan bahwa tiada yang mampu menentukan ajal seseorang kecuali Tuhan YME, sang dermawan benar-benar mencoba fatwa dari ulama tersebut. Dia ingin membuktikan bahwa prediksi dokter bukanlah takdir akhir atas hidupnya. Kemudaian sang “arabic” ini memilih menderma di negara Indonesia.
Sesampai di negeri tempat berdirinya candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia itu, laki-laki terswbut membangun lima masjid sebagai tempat ibadah umat islam dan salah satunya adalah di desa Kelanderan. Uniknya lagi saat mengadakan survey, dermawan tersebut turut terjun langsung di lokasi, sehingga beberapa warga dapat melihat langsung sosok dermawan arab dengan postur tubuh tinggi besar, berkulit putih dan bergamis yang akan memberikan berkah untuk lingkungannya.
Dari survey awal, hingga bulan April 2013 masjid tersebut telah dibangun dalam waktu berjalan dua bulan. Semua dana pembangunan dibiayai dermawan yang tak disebutkan namanya itu sedangkan konsumsi para tukang bangunan diperoleh dari iuran dan sumbangan warga Klanderan secara bergilir. Kabar terakhir yang diterima salah seorang aktivis masyarakat adalah kini sang dermawan telah sembuh dari penyakit mematikan yang divoniskan ahli kesehatan kepadanya. Bahkan saat KKN mahasiswa UNP berlangsung, perkembangan pembangunan masjid itupun sudah terlihat dengan baik. (3 april 2013, RIMA YULIANA .S/ 09.1.01.07.0130)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar